Sabtu, 04 November 2017

King Phantom

KING PROLOGUE…


Pagi hari, jam 04.15 WIB, penyergapan pembunuhan pak Suarki, di rumah tersangka.
“Ayo ayo masuk masuk…” bisik seseorang yang paling depan sambil membuka puntu depan rumah, lalu sekitar 15 polisi masuk dan menodong  pistolnya ke depan unu berjaga-jaga dan yang terakhi masuk ialah seorang muda yang terus mengatur para polisi yang ada di rumah itu, “Berpencar-berpencar.” Kata seorang muda itu. lalu mereka berpencar sesuai rencana yang merea inginkan.
“Abqari kemari,” kata orang muda itu yang ada di depan puntu kamar.
“Ada apa komandan?” tanya Abqari sambil mendekat.
“Buka pintu, biar aku sama Harjitoyang menangkapnya.” Kata orang muda itu, Abqari membuka pintu dengan hati-hati, dan orang muda itu melihat cahaya perak peluru antic, dan menjorog Abqari sehingga pintu terbuka lebar, dan peluru itupun mengenai punggung komandan, seakan reflex komandan langsung berteriak, mendengar teriakan itu semua angota mnuju ke sumber suara itu, betapa terkejutnya para polisi itu darah kental berceceran  di sekitar perut.
“Amankan komandan.” kata Harjito yang ada di samping mesih mengamankan komandan dari tembakan yang berutal itu.
Sekitar jam 10.00 WIB  di tempat pemakaman komandan.
Abqari, Harjito dan masih banyak polisi lain yang menghadiri pemakaman sang komandan mereka berdiri dan menundukkan kepala, mereka mungkin sedih atas kepergian komandan.
“Maafkan aku komandan, ini semua salahku.” Kata Abqari dalam hati dan dalam tundukkannya ia menangis.
Keluarga dari komandan datang, ketika melihat wajah sang anaknya, ibunya menangis histeris, sang ibu tidak mau di tinggal anak kebanggaannya.
Ketika suasana sepi di tempat pemakaman itu hsanya ada Abqari sendirian, lalu dia hormat, dari hormat itu dia menangis dan menjatuhkan diri ke tanah dan duduk tangn yang masih terhormat itu menggenggam dan langsung meninju tanah pemakaman sang komandan, “Komandan bodoh.” Katanya sambil mengeluarkan air matanya, “Apanya hebat komandan itu, melindungi dirinya saja tidak bisa, tapi bergaya seperti pahlawan.”  Katanya lagi dengan cucuran air mata yang lebih deras.
“Tapi…” katanya terhenti mungkin untuk mengatur pernapasan yang membuat dadanya sesak, ketika sesaknya sudah mendingan dan tidak ada tetesan air mata dia melanjutkan perkataannya, “Tapi kau telah mengorbankan nyawamu, untuk menyelamatkanku.”
Esoknya, di kantor polisi,di ruangan kepala polisi.
“Pak aku mengundurkan diri dari kepolisian ini.” kata Abqari sambil menundukkan kepalanya.
“Loh, emang kenapa kamu berhenti, kamukan melaksanakan tugasmu dengan baik.” Kata kepala polisi itu.
“Aku merasa masih belum matang untuk di kepolisian.” Kata Abqari masih menundukkan kepalanya.
“Besok aja deh.” Usul kepala polisi itu.
“Emang kenapa?” tanya Abqari sambil mendengakkan kepala.
“Ya, sekalian gajian.” Kata kepala polisi, Abqari langsung menundukkan kepalanya kembali.
“Yasudah kalau kamu maksa keluar dari sini.” Kata kepala polisi yang melihat iba kepada Abqari.
“Emang kamu kalau berhenti mau kerja apa?” kata kepala polisi sambil menarik lacinya dan mengambil amplop lalu menaruh amplop itu di meja.
“Masih belum tahu pak…” kata Abqari sambil menyender di kursi.
“…Mungkin lanjut kuliah.” Katanya kembali.
“Kuliah? Kan kamu sudah kuliah jurusan IT.” Kata kepala polisi itu sambil membuka amplop itu dan menyipitkan matanya seolah-olah sedang menghitung isi dalam amplop itu.
“Ya kuliah lagi pak, ya sudah jangan lama-lama basa-basinya, aku keluar ruangan dulu pak.” Kata Abqari lalu berdiri hendak keluar ruangan.
“Eh tunggu dulu, ini gaji terakhir kamu.” Ujar kepala polisi sambil mengasih amplop dan berdiri.
“Terima kasih pak sudah membolehkan saya bekerja disini.” Kata Abqari sambil hormat.
“Tidak Abqari, kamilah yang berterima kasih karena menurut kami IT sangat di butuhkan di sini.” Kata kepala polisi sambil hormat.


Novelkulogia.blogspot.com

SEE YOU....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar